Rab, 15 Mei 2024

Konon Katanya Kalau Sudah Ditulis Dalam Karya Artinya Abadi.

NAMUN, SAYANG NGGAK SEMUA YANG ADA DI MUKA BUMI INI ABADI. JADI SEBAB ITU MAKA AKU MAU MENGUBAH REDAKSI TERSEBUT MENJADI:

"SEBAB NGGAK SELAMANYA BENDA ADALAH ABADI, MAKANYA AKU MENULIS INI. BISA JADI YANG KULAKUKAN UNTUK KAMU SEKARANG, NDAK AKAN BISA KULAKUKAN LAGI DI MASA DEPAN. MISAL KATA SEKARANG AKU BISA NULIS INI LALU DI MASA DEPAN AKU SUDAH NDAK BISA NULIS KARENA GANTI HOBI. JADINYA, SELAMA AKU MASIH BISA MENULIS, MAKA AKAN KUHABISKAN: KUGENAPKAN SEMUANYA UNTUK MENULIS TENTANG KAMU."

Masih terlalu panjang, ya? Bukan kayak redaksi? Ok… Kita ganti…


               TANGIS KEKAL: Abadi    

       Bahkan Hingga Menembus    

   Taman Eden. [ 1 ]


MENULIS

                                ini ngebikin aku merasa dilema, lho, Mas. Aku nggak pengen kalau tulisan ini jadi kayak tulisan alay-alay pada umumnya. Kalau orang bilang… Kalau seseorang sudah cinta makanya dia bakalan abadi dalam karyanya. Masalahnya… Emang betul begitu? Penelitiannya kira-kira ada nggak, ya? Tapi sebelum itu jangan jauh-jauh ke penelitian. In case, ayo kita cari yang konkret-konkret aja. Mas cinta banget sama hal-hal yang kamu anggap pantas untuk di-“cinta”. Tapi di sisi lain kamu nggak mengabadikannya dalam karya.

PERKARA

                                diabadikan dalam karya selalu jadi pertentangan rasanya. Memangnya harus ya diabadikan dalam karya? Lalu, mereka yang koar-koar mengabadikan dalam karya ending-nya malah menjadi tangis kekal? Mereka adalah penimbun mimpi terburuk sepanjang sejarah.

Singkatnya…

Don’t be fooled by weird love.

Medusa makin keras kepala. Maksa dosa. Udah kayak Taman Eden aja. []
Akhirnya juga wafat sendiri-sendiri. Buat apa?

             Ngaku, Mas. Dulu kamu sering mikir begitu, kan? Nggak mungkin kalau nggak. Sekarang umurmu bertambah lantas aku yakin bahwa secara kasat mata nggak ada yang berubahnya. Tapi nggak berubah bukan berarti nggak bisa “mengubah”.

/BERUBAH/ adalah kata sifat. Sedangkan /MENGUBAH/? Adalah tindakan.

Sudah kerasa, kan? Jadi selama seumur hidup kamu ini, banyak sekali ya yang berubah. Mulai dari profesi: dari pegawai recehan sampai bisa kerja di perusahaan swasta. Berubah, kan? Tapi seberapa yakin dirimu, Mas, bahwa itu nggak hanya /BERUBAH/ tapi juga /MENGUBAH/?

      Kamu mengubah hal yang hampir mustahil.

“Menghilangkan sesuatu demi mendapatkan sesuatu yang lebih baik?”

Bukan, sih. Aku rasa perbuatan Mas di atas nggak menghilangkan sesuatu. Melainkan /MENGUBAH/ sesuatu.

Di umur kamu yang bertambah aku juga berharap tindakan /MENGUBAH/ tersebut selalu berkutat dalam hidup kamu, a’ight? Tolong jangan menghilangkan sesuatu yang tak perlu dihilangkan. Tetapi ubahlah sesuatu yang masih punya banyak kekurangan.

Mari kita sindir kebiasaanmu…

HEDONISME,

Mending dihilangkan atau di-/MENGUBAH/? Tentu aja…

Manusia nggak akan bisa hidup maksimal kalau itu dihilangkan, Mas. Jangan pernah menekan untuk menghilangkan kalau bahkan mau memberikan perubahan yang gede aja masih sulit… Salahkah hedonisme? Salahkah makan-makanan dari luar? Lho ndak salah… Aku pernah nulis artikel… https://tphardeid.law.blog/makan-yang-bikin-kenyang/. Hidupmu kiamat kalau nggak hedonisme. Mau tahan berapa? Sebulan? Dua bulan? Yakin, deh, nggak akan tahan…

Dosa manusia udah berawal dari Taman Eden. Nggak bisa kamu hilangkan. Nggak bisa kamu buang dosa kamu. Tapi bisa kamu ubah dengan hal yang lebih “meminimalisir” dosa. Sama seperti kamu meminimalisir risiko pada penelitian kamu.

Sebab tanpa dosa, kamu bakalan sepi dan onani. 
Sebab hidup tanpa kesenangan, kamu bakalan murung.
Nihil dunianya,
Hampa hatinya,
Kiamat jiwanya.

Kamu itu gampang terjebak dalam duniamu sendiri. Kalau kamu nggak mengalihkan sesuatu ke hal yang senang kamu terjebak dalam kekacauan. Atau disebut sebagai…

ANOMIE…

The concept of anomie referred on onabsense of social regulation normlessness…

Kamu takut kan kalau semua yang kamu lakukan nggak ada regulasi? Tapi takut juga ya kalau regulasi terlalu mengontrol kamu? Sehingga kamu akhirnya CHAOS sendiri. Kejebak. Gelut sama pikiran sendiri. How sad? Neraka kayak begini rasanya nggak cocok ya buat memahami pemikiran kamu yang kompleks banget? Terkadang kalau kalau kamu melakukan sesuatu, kalau bisa, aku ingin jadi orang pertama yang berusaha memahami alasan kamu. Meskipun aku nggak 100% paham, aku selalu ingin menjadi yang /MENCOBA/ memahami.

| 29 April 2024 |

Abadi banget ya kekacauan dalam otak kamu sampai menembus Taman Eden…


SELAMAT DATANG DI UJUNG DUNIA, MAS. SEMOGA MIMPI KAMU NGGAK RONGSOK DI TENGAH RERUNTUH KOTA.


           SELAMAT MENGULANG

DIRI: Selamat Menopang Dunia.

[ 2 ]


             Jalan termewah dunia. Sampah termewah dunia. Akhirnya sudah sampai di (anggap saja) halaman kedua website ini… Mungkin hadiah di sini nggak seindah yang diberikan temen-temen kamu. Web ini hanya berguna untuk mengulang kembali apa-apa saja yang telah kamu lakukan dalam hidup kamu dengan bahasa yang se-nggak jelas banget. Tapi rasanya perlu diapresiasi semua tindakanmu.

Biarkan dunia tau seberapa lelahnya tanganmu itu mengetik.

Nggak akan ada yang tau kapan kamu bakalan sampai ke tujuan kamu. Tapi kamu pernah kan merasa tindakan kamu nggak se-menarik untuk disorot, maka biarkan sejak titik ini, anggap saja aku yang akan mengapresiasi semua tindakan kecil yang pernah kamu lakukan. Setiap hari menatap layar laptop tanpa henti, lalu separuh napasmu menjelma jadi kafein. Aku rasa cukup prestasi bahkan hingga sekarang kamu masih menjadi manusia yang (selayaknya) normal. Atau bahkan, sekarang, kamu masih bisa menikmati usahamu. Maknanya terdapat kesetaraan ya dalam semua hal yang kamu lakukan. Kesetaraan antara usaha dan perolehanmu. Banyak sekali sekarang ini manusia yang nggak memperoleh apa yang ia perbuatnya. Tau kenapa? Karena mereka nggak punya otak. Mereka tolol. Mereka jongos. Kamu nggak seperti itu.

Kamu sebetulnya apa juga nggak lelah menghadapi badut-badut celoteh ini kalau lagi di lingkup kerja? Aku yakin capek, penat, Mas? Sudah kamu habiskan berapa tablet minggu ini? Nambah dosis? Atau kurang dosis? Jawab saja dalam hati… Keluarin aja semuanya. Keluarin. Rasain dulu semua aksi yang kamu lakukan. Rasain. Kamu juga merasa pengen kan untuk diakui? Pengen kan validasi kalau kamu hebat? Pengen kan validasi atas semua egoisnya kamu? Gapapa, Mas. Biarin aku aja jadi orang yang ngelakuin semua itu. Aku tau benak kamu beracun. Butuh orang yang bisa menghambat racun kamu. Nggak masalah, tau? Ah, sialan banget ya fakta bahwa tiap orang harus punya pencapaian. Padahal kan semua orang juga pengen mengulang sebanyak-banyaknya agar kesalahan mereka bisa terbenahi?

"Aku takut tindakanku salah. Aku takut aku menyakiti orang lain."

Ayo. Lanjut. Bilang sekali lagi…. Selamat mengulang kembali hal-hal yang belum benar, Mas. Selamat meraih hal-hal baik lebih dalam. Beracun ya benakmu di masa lalu? Takut sama lingkungan. Takut juga sama orang-orang sekitar. Tindakan mereka yang terlalu obsesif ngebuatmu merasa kalau mereka semua bajingan. Mereka semua brengsek. Mereka semua….

"Kapan sih kalian bisa jadi manusia? Sehari aja. Aku mau istirahat! Kenapa kalian gak bisa bener sehari aja? Kenapa kalian gak mau searching tentang job kalian sendiri-sendiri? Etos kerja kalian di mana...? Apa sebetulnya isi otak kalian? Kenapa kalian tergantungan banget sama aku? Aku takut kalau aku pusing lagi di tangga... Aku pengen bilang kayak begitu. Tapi rasanya gak pantes buat ngeluh. Aku gak pengen kerjaanku tertunda... Aku terpaksa harus tetap nerjang semuanya demi semuanya berjalan lancar." 

Ah, bajingan kalian semua! Ternyata kata-kata tersebut cuma bisa jadi wacana di benak. Lalu tanpa kamu sadari, kamu menanamkan prinsip…

"Aku gak mau cuma dapet angka aja, uang aja, atau apa lah itu persetan. Orang perfeksionis kayak aku mah mau dapet semua itu gampang! Berapa lama? Sejam? Lima jam? Satu hari? Persetan. Aku juga mau dapat lebih dari sekadar itu. Aku mau dapet 'sesuatu', bukan sekadar uang." 

Berapa orang yang notis perfeksionisnya kamu? Lima orang? Sepuluh orang? Pasti banyak. Namun, berapa banyak juga yang jengkel perfeksionisnya kamu? Sepuluh orang? Dua puluh orang? Banyak ya… Seberapa banyak juga orang yang pengen kamu bisa membantu mereka? Sulit ya… Mereka selalu menganggap kamu nggak membantu mereka, padahal peranmu besar banget. Terutama dalam urusan pekerjaan & posisimu. Kira-kira, abaikan saja dulu apa pun latar belakang mereka bertindak kayak begitu. Namun yang pasti, di hari yang spesial, yang menandakan kelahiran kamu, jelas yang harus disorot adalah kebajikan kamu yang nggak pernah disorot orang lain, kan? Apa gunanya hidup berdampingan sama manusia kalau mereka sendiri nggak memposisikan diri sebagai yang “berdampingan” dengan kamu. Mas… Kamu bukan orang yang kejam sama diri kamu sendiri… Itu juga sebab aku menuliskan artikel ini juga menyinggung tentang hedonisme. Sebetulnya bukan tanpa alasan. Bukan juga hanya untuk menyindir. Tetapi, Mas, sebab kamu itu di antara kerasnya kamu, kamu juga dapat menikmati hidup kamu. Bukannya sudah setara, ya? Selama kamu masih belum punya tanggung jawab yang lebih gede, dan masih hanya perlu untuk menanggungjawabkan diri sendiri, maknanya kamu masih bebas, kan? Itu lah yang sebetulnya aku mau katakan. Seperti pada redaksi awal. Keabadian itu nggak boleh dijadikan karya! Sebaliknya, keabadian itu harus diubah. Sebab era yang berubah, maknanya perlu penyesuaian kembali, kan? Sama kayak umur kamu yang bertambah. Sejauh yang aku perhatikan, kamu nggak pernah menyimpan keabadian dalam hidup kamu. Itu yang perlu aku apreasiasi. Dari awal yang kamu dapat pekerjaan yang belum seberapa, lalu sampai dengan sekarang, kamu nggak menjadikan posisi kamu yang “belum seberapa” itu sebagai suatu keabadian, melainkan kamu membawa perubahan. Pernah nggak sih sejauh ini ada yang notis kamu se-dalam ini?

Lalu… Taukah alasanku kenapa aku menuliskan tanggal 29 April di atas…? Sebab…

NIHIL MAKNANYA...
NIHIL MAKNANYA...
NIHIL MAKNANYA...
NIHIL MAKNANYA...
NIHIL MAKNANYA...
NIHIL MAKNANYA...
NIHIL MAKNANYA...
NIHIL MAKNANYA...
NIHIL MAKNANYA...
NIHIL MAKNANYA...
NIHIL MAKNANYA...
NIHIL MAKNANYA...
NIHIL MAKNANYA...
NIHIL MAKNANYA...
NIHIL MAKNANYA...
NIHIL MAKNANYA...
NIHIL MAKNANYA...
NIHIL MAKNANYA...
NIHIL MAKNANYA...
NIHIL MAKNANYA...
NIHIL MAKNANYA...
NIHIL MAKNANYA...
NIHIL MAKNANYA...
NIHIL MAKNANYA...
NIHIL MAKNANYA...
NIHIL MAKNANYA...
NIHIL MAKNANYA...
NIHIL MAKNANYA...
NIHIL MAKNANYA...
NIHIL MAKNANYA...
NIHIL MAKNANYA...
NIHIL MAKNANYA...
NIHIL MAKNANYA...
NIHIL MAKNANYA...
NIHIL MAKNANYA...
NIHIL MAKNANYA...

15…2024…Mei…Rab…29…?15!? 15…!

Rancang situs seperti ini dengan WordPress.com
Mulai